Mendaki Gunung Papandayan, Garut

Seseorang pernah bilang, sekalinya kamu mendaki gunung dan lihat keindahannya pasti kamu penasaran pengen mendaki gunung yang lain. Sebenarnya dari dulu banget, gara – gara liat foto kakak spupu di berbagai gunung, Aku jadi pengen banget naik gunung tapi maunya yang pendek aja dulu karena takut fisik enggak kuat dan ya izin orang tuanya juga susah maklum kan anak perempuan tau sendiri. Aku menemukan gunung papandayan sebagai gunung yang agak tinggi dengan jalur pendakian yang tidak terlalu ekstrim. Udah lama banget ingin naik gunung ini tapi gak ada temen (maklum dulu belum kenal Backpacker Jakarta). Setelah kenal dan ada jalan – jalan ke gunung papandayan, Aku langsung bersemangat untuk ikut (terimakasih backpackerjakarta yang perlahan tapi pasti mewujudkan tempat – tempat impianku). Aku lagi – lagi mengajak rupi (sampe bosen kali diajakin terus) dan satu yang masih baru juga yaitu gilang. Aku bersyukur kenal rupi, tanpa rupi kayaknya aku gak akan bisa juga buat ke papandayan karena sama sekali gak punya peralatan gunung, udah minjem pun masih minta tolong rupi untuk bawain barang (matras dan sleeping bag) karena gak punya tas gunung cuma pake ransel biasa dan gak muat, harap maklum. Tenang aja, rupi ini orang ambon yang terkenal kuat kalau cuma minta bawain matras sama sleeping bag aja mah gampang bagi dia hehehe


Lokasi
Gunung papandayan terletak di Kabupaten Garut, Jawa Barat tepatnya di Kecamatan Cisurupan. Kami menggunakan bus kecil untuk menuju basecamp gunung papandayan. Jalanan menuju pintu masuk gunung papandayan cukup terjal sehingga tidak disarankan memakai bus besar karena jalurnya agak menyeramkan. Bus kami yang tergolong kecil saja sampai mencari batu - batu besar buat persiapan karena kenek maupun supirnya takut kalau tiba - tiba bus nya enggak kuat nanjak.


Biaya
Ketika sampai dipintu gerbang menuju basecamp papandayan, kita diwajibkan untuk membayar 30 ribu per orang dan bayar masuk kendaran bus yaitu 150 ribu rupiah. Setelah itu kita akan menuju ke parkiran basecamp papandayan dan untuk parkir bayar lagi 25 ribu rupiah. Apabila kalian camping di daerah pondok saladah (tempat biasanya camp) maka diwajibkan bayar lagi per orang 35 ribu rupiah. Biaya masuk papandayan terbilang cukup mahal bila dibandingkan dengan gunung lain. Hal ini karena gunung papandayan sudah menjadi taman wisata yang sudah dikelola oleh swasta dan di gunung ini pun fasilitas nya sudah sangat memadai seperti warung banyak, sumber air banyak dan kamar mandi juga banyak.

Gunung Papandayan


Backpacker Jakarta Goes to Mt. Papandayan

Kami ber 29 sampai di basecamp gunung papandayan sekitar jam 06.00 WIB pagi. Udara paginya lumayan dingin tapi seger banget. Sebelum mendaki, kita sarapan terlebih dahulu, bersih - bersih cuci muka abis bangun tidur, pake lipstick biar ga keliatan baru bangun, baru deh foto – foto karena disini ada spot bagus buat foto dan tidak lupa foto bersama – sama sebelum berangkat. 






Kami mulai mendaki papandayan sekitar jam 09.00 WIB. Jalur pendakian awal papandayan berupa batu – batu . Saranku lebih baik pakai sepatu gunung bila kesini karena batu – batunya lumayan bikin sakit telapak kaki. Jalur pendakian batu – batu lumayan panjang dan cukup melelahkan serta harus hati – hati karena kalau meleng sedikit bisa membuat kaki keseleo. Selama perjalanan disini kita disuguhi pemandangan tebing – tebing dan bebatuan besar – besar dan juga asap belerang di sepanjang jalan, tapi tenang saja, bau belerangnya tidak menyengat kok. Ketika sudah merasa lelah, kami memutuskan untuk istirahat sejenak, minum, duduk di batu – batu besar, meletakkan tas keril dan berfoto – foto karena pemandangannya yang lumayan bagus. Apabila merasa capek kalian harus bilang ke teman ataupun penanggung jawab, jangan takut karena pasti ditungguin kok sama mereka.



Ciwi - Ciwi Tangguhku

Setelah merasa sudah kuat lagi, kami kembali melanjutkan pendakian. Semakin ke atas, batu – batuannya semakin berkurang dan jalanannya sudah berupa pasir – pasir dan batuan kecil. Jalur pendakian papandayan tidak sulit kok, bahkan dikelompok kami ada mak aan namanya umurnya udah 50 tahunan masih kuat buat mendaki papandayan, masa kamu yang masih muda gak kuat?? malu dong Hahaha. Setelah mendaki beberapa jam, kami kembali istirahat duduk – duduk di warung sambil cemil – cemil logistik yang dibawa dan ngobrol – ngobrol. Pendakian ini santai banget, asik sambil ngobrol – ngobrol dan foto – foto . Kalau capek tinggal istirahat.



Setelah sekitar 3 – 4 jam mendaki, sekitar jam 12.00 WIB akhirnya kami sampai di Pondok Saladah. Pondok Saladah merupakan tempat para pendaki untuk ngecamp. Dalam pikiran ku tempat ngecamp pasti sepi dan seram udah takut aja, eh ternyata rame banget (mungkin karena waktu itu juga lagi long weekend) jadi banyak yang mendaki dan bahkan aku ketemu ada anak kecil yang masih umur 5 tahun udah diajak untuk mendaki sama orang tuanya dan dia kuat, kereeen!! Tempat ngecamp di pondok saladah ini udah enak banget karena banyak warung dan juga toilet jadi gak usah takut kelaparan dan juga mikirin kalo mau buang – buang air bahkan disini kalian juga bisa mandi. Setelah sampai tempat camp, kami mendirikan tenda dan masak – masak untuk makan siang dan malam.  



Tempat Camp

Habis bantu - bantu masang tenda, pembagian tempat tidur, dan beres - beres barang, karena masih terang, aku ber lima memutuskan untuk jalan - jalan dan foto - foto di area sekitaran pondok seladah. Pas lagi jalan - jalan ternyata hujan es dong (iya hujan es baru bener percaya ada hujan es) dan akhirnya kita neduh diwarung sambil minum susu hangat dan ngobrol - ngobrol lumayan lama karena nunggu hujannya reda. Lucunya karena pas pergi enggak ngajak rupi, pas pulang dia ngomel - ngomel karena dianya nyariin dong udah jauh banget jalan katanya nyari tapi enggak nemu takut aku ilang karena pas sebelum pergi udah dititipin emak sama bapak buat jagain (iya rupi ini emang sahabatku udah lama, sahabat olahraga dan jalan - jalan, tinggalnya deket rumah dan udah kenal emak bapak kayak kakak sendiri). 

Setelah balik dari jalan - jalan, aku bantu - bantu yang lain untuk nyiapin makan malem. Aku yang notabene baru pertama kali ngecamp mendapat banyak pengalaman. Pertama kali liat alat masak yang ukurannya kayak lagi main masak - masakkan. Dapet pelajaran untuk saling bantu - bantu dalam hal memasak, ada yang ambil air, cuci beras, goreng - goreng, potong - potong bawang dll. Belajar menghargai apapun hasil masakannya karena yang masak udah susah payah. Jujur, masakkan yang dimasak tergolong sederhana yaitu nugget, sosis, mie, telor, nasi (walaupun ada yang kurang mateng), kentang kering, puding, sambel, tapi kok rasanya kemaren makan bareng - bareng gelar kertas nasi bareng - bareng rasanya enak banget ya, aku juga bingung. hahaha


Makan Bareng ala Backpacker Jakarta

Sekitar jam 18.00 WIB ada kejadian menghebohkan di sekitar tempat ngecamp yang merupakan pengalaman paling berkesan di perjalanan saya kali ini, yaitu saya bertemu dengan OMEN, yaitu seekor babi hutan hitam yang besarnya seperti anak sapi (gede banget). Ternyata babi hutan enggak seimut babi - babi pink kecil dan babi monokuroboo yang sering diliat di gambar - gambar hahaha. Aku dan yang lain karena baru pertama kali liat kaget dan agak ngeri melihat babi hutan sebesar itu. Kata salah seorang ibu penjual disana, babi ini memang sering muncul pada saat sore menjelang malam dan pada saat malam hari. Babi ini suka mengacak – ngacak makanan dan juga warung – warung . Oleh karena itu agar babi tidak datang ke tenda mu, sebaiknya jangan menyisakan makanan dibawah, dan semua logistik dimasukkan plastik dan digantung di atas pohon. Apabila babi hutan datang ke tenda, maka hidupkan lampu tenda dan buatlah suara berisik  seperti menyetel lagu atau memukul mukul peralatan masak agar si babi pergi.

Selamat Pagiii

Sekitar jam 01.00 WIB dini hari, muncul kejadian heboh lainnya yaitu kami merasakan getaran yang cukup kencang membuat kami semua terbangun. Awalnya kami kira getaran itu berasal dari sekelompok babi yang datang ke tenda (maklum karena kami semua parno masalah babi) sampai aku sendiri ketakutan dan tidur mepet ke tengah tapi ternyata itu gempa yang berasal dari Tasikmalaya dan terasa sampai Garut. Untungnya gempanya hanya beberapa detik saja, kalau lama pasti bakalan panik karena enggak tahu harus lari kemana L. Akhirnya sekitar jam 03.30 wib kami mulai jalan menuju hutan mati untuk mengejar sun rise. Aku sempat kedinginan ketika menunggu sun rise karena hanya berdiam diri sampai sampai jadi malas untuk berfoto. Sayangnya kami tetap tidak mendapatkan pemandangan matahari terbit karena tertutup awan, tapi ya tidak apa – apa.

Rupi, Saya, Gilang


Setelah puas berfoto – foto , kami melanjutkan perjalanan mendaki lagi untuk sampai ke Tegal Alun. Jalur pendakian menuju tegal alun lebih sulit dibandingkan dengan jalur pendakian ketika menuju Pondok Saladah. Jalurnya berupa tanah dan nanjak yang agak sulit ditambah licin dan jalanannya juga sempit sampai kadang harus bergantian dengan orang yang hendak turun. Jalur pendakian menuju Tegal Alun banyak alternatifnya dan harus jeli karena kemarin aku hampir salah jalur (sebenarnya bisa juga lewat jalur itu cuma jalurnya berbahaya) untungnya penanggung jawabnya peduli nungguin dan nyariin hehe (the best memang). Disini aku juga dapat pelajaran baru, bahwa kesalamatan adalah nomor satu. Kita harus tau batas kemampuan diri kita untuk mendaki, semangat buat sampe puncak boleh, tapi harus tau juga apakah kita mampu atau tidak. Jangan egois yang ujung - ujungnya nanti malah berdampak negatif atau nantinya bakal nyusahin banyak orang. Jadi ada dua peserta kemarin yang enggak sampai ke tegal alun dan memutuskan balik ketika udah hampir mau sampai karena kakinya udah enggak kuat. Satunya lagi (mas joko) bersedia untuk nemenin dia turun ketika dia bilang udah enggak kuat. Duh gentle nya ya jadi laki - laki, gak egois dan bersedia nemenin untuk turun ke camp, yah emang harus begitu ya. Bener sih kata orang, ketika mendaki gunung pasti keliatan sifat - sifat orang yang sebenarnya, ada yang egois, ada yang peduli, dan lain - lainnya.




Akhirnya sekitar jam 08.00 WIB kami sampai di Tegal Alun. Tegal alun merupakan area konservasi bunga edelweiss kalo diliat seperti kebun bunga edelweiss bagus banget. Akhirnya keinginanku melihat bunga edelweiss kesampaian juga dikasih bonus banyak banget lagi bunganya. Jadilah saya befoto – foto disana, sayangnya bunga ini enggak boleh dipetik untuk dibawa pulang karena nanti jadinya rusak. Jadi yaudah bawa pulang fotonya aja enggak apa – apa deh. Kami hanya mendaki sampai tegal alun padahal sebenarnya masih bisa mendaki hingga puncak, tapi kami enggak ada yang tau jalan menuju puncak. Sebenarnya penasaran juga sih tapi kalo kata para pendaki sih puncak gak akan kemana – mana , puncak hanya bonus yang penting adalah kembali ke rumah dengan selamat J. Akhirnya kami kembali ke tempat camp, beres – beres dan turun lalu kembali ke rumah dengan selamat Alhamdulillah. 





Selesai sudah perjalananku ke papandayan. Senangnya pulang bawa banyak cerita, pengalaman, punya teman - teman baru dan pastinya foto dong. Apabila ditanya mau kembali lagi? Jawabannya mau aja karena siapa tau ketika kembali bisa mendaki sampai puncaknya. Kalu ditanya ketagihan naik gunung ? maka jawabannya IYA KETAGIHAN. Walaupun naik gunung itu ribet, berat bawa barang – barang , dingin, tapi pemandangan di atas gunung itu enggak bisa dideskripsiin dengan kata – kata. 




-enjoy-
Sumber foto : Saya & Anggota Pendakian Papandayan
Take nothing but pictures
Leave nothing but footprints
Kill nothing but time
- John Muir -

You Might Also Like

0 Comments