Mendaki Gunung Parang Via Ferrata, Purwakarta

Gunung Parang

Pada tanggal 6 Mei 2017, aku jalan – jalan lagi dan sesuai janji ke orang tua, ini akan menjadi trip terakhirku sebelum sidang skripsi. Hehehe. Kali ini aku akan mencoba pengalaman baru yaitu naik Gunung Parang. Pendakian gunung parang yang aku lakukan berbeda dengan pendakian gunung biasanya yang harus tracking ber jam - jam dengan membawa keril yang gede banget. Pendakian kali ini dilakukan dengan cara climbing. Climbing di tebing? Eits pasti udah pada mikirnya climbing di tebing – tebing batuan yang serem itu ya? Tenang aja, aku belum punya nyali segede itu kok, hehe. Jalur pendakian ini aman untuk anak dari usia 5 tahun. Jadi kebayang dong ya jalurnya gimana. Seperti biasa, aku jalan – jalan ikut tripnya BackpackerJakarta lagi, ngajak rupi lagi (my very best friend for travelling karena emang cuma orang ini yang bisa diajakin kemana aja dan merasa aman karena mukanya serem), ketemu orang baru lagi, dan dapet temen – temen baru yang asik – asik lagi. How grateful I am!

Lokasi

Badega Gunung Parang

Gunung parang berlokasi di daerah Purwakarta. Untuk sampai ke purwakarta, kami berangkat naik kereta api dari stasiun Tanjung Priuk . Aku sendiri berangkat dari Depok naik kereta commuterline dan transit di Stasiun Jakarta Kota. Kereta dari Jakarta Kota menuju stasiun Tanjung Priuk masih sangat sedikit , hanya ada setiap dua jam sekali. Tiket kereta dari stasiun Tanjung Priuk ke stasiun Purwakarta hanya Rp. 6.000 saja ditempuh dalam waktu sekitar 3 – 4 jam. Nah dari kota purwakarta, kami menyewa mobil pick up untuk menuju lokasi gunung parang yang ditempuh dalam waktu sekitar 1,5 jam. 

Biaya
Jalur pendakian gunung parang via ferrata ini tersedia dalam beberapa ketinggian yakni 100 meter, 300 meter, 500 meter, 700 meter, dan 900 meter. Harga untuk setiap ketinggian berbeda – beda. Kemarin kita mengambil pendakian sampai ketinggian 300 meter dengan biaya Rp. 155.000 dan untuk yang 900 meter sekitar Rp. 500.000. Harga ini juga tergantung kalian ikut pendaftaran di tempat yang mana, karena ada beberapa tempat untuk pendaftaran pendakian ini.

Persiapan
Beberapa persiapan perlu dilakukan sebelum mendaki gunung parang agar kita tetap aman dari naik hingga turun kembali. Pakaian yang digunakan bebas senyaman mungkin. Saran aja sih, lebih baik pakai baju lengan panjang kalau enggak mau belang karena akan panas banget. Jangan lupa untuk memakai sarung tangan untuk menghindari lecet pada tangan. Sepatu yang digunakan juga bebas, bisa sandal gunung ataupun sepatu kets/sepatu olahraga, kalau ingin lebih aman lebih baik pakai sepatu ya. Jangan lupa untuk memakai sunblock untuk melindungi kulit dari sinar matahari karena kalau naiknya ketika siang hari seperti kami kemarin mataharinya di atas panas banget dan pastinya bisa membuat kulit menjadi lebih gelap. Pastikan membawa sedikit cemilan dan air minum untuk menghindari kejadian kemarin ada yang pusing dan maag kambuh karena baru turun sekitar jam 14.00 WIB. Sebelum naik, kita diwajibkan untuk memasang alat keamanan untuk mencegah hal – hal yang tidak diinginkan. Alat kemanan yang digunakan seperti dibawah ini




Gunung Parang Via Ferrata

Kami sampai di Purwakarta sekitar jam 20.00 WIB, kemudian kami mencari makan malam dan ada juga yang melihat pertunjukan seni dan air mancur Sri Baduga yang setiap malam minggu selalu di adakan di daerah tersebut. Terdapat bazar makanan juga disana, sehingga kalian tinggal memilih mau makan apa, jangan lupa untuk mencoba sate khas purwakarta yaitu sate maranggi. Aku sendiri yang sebenernya penasaran ingin lihat, akhirnya memutuskan untuk duduk santai aja sambil minum susu murni disalah satu kedai susu murni karena udah terlalu capek kali ya jalan, dan tempatnya yang agak jauh.  Setelah itu kami menginap di rumah singgah penanggung jawab trip kali ini. Kami seperti biasa saling mengenalkan diri satu per satu, katanya sih tak kenal maka tak sayang. Hahaha.  Alasan satu lagi sih supaya besoknya kalo manggil/ ngobrol/ minta bantuan manggilnya gak pake eh, eh, karena enggak tau namanya siapa. Setelah itu kami bersih – bersih dan langsung tertidur.

Mobil Pick Up siap Berangkat

Besoknya kita sudah siap jam 05.00 WIB untuk berangkat ke Gunung Parang. Alasan kita berangkat pagi adalah supaya gak kena razia polisi karena kita menyewa dua mobil pick up untuk menuju lokasi. Perjalanan dari rumah singgah ke tempat gunung parang memakan waktu sekitar 1,5 jam. Jalannya lumayan agak berbatuan sehingga lumayan pegel juga duduk di pinggiran mobil pick up, untungnya ada mas Indra yang menawarkan buat gantian tempat duduk jadi lesehan. Terimakasih! Sesampai di tempatnya kita duduk santai sambil sarapan sebentar. Udara disini seger banget, mungkin karena pedesaan sih jadi masih banyak pohon – pohon.


Sebelum Nanjak, Sarapan dulu

Setelah semua siap, Ayok kita nanjak! Pendakian via ferrata ini merupakan teknik memanjat dengan mendaki tangga besi yang ditanam di sepanjang dinding tebing. Gampangnya sih kita memanjat tebing dengan cara naik tangga. Yah kalo naik tangga, gampang dong? Awalnya aku juga mikir gitu sih, tapi setelah nyoba, walaupun naik tangga, yah tetep aja sedikit deg – degan pas awalnya karena kalau jatuh ya pasti sakit  haha, bukan deng, karena pas liat ke bawah lumayan, tapi tenang aja, semua itu langsung hilang pas liat pemandangan yang tersedia. Jangan mau kalah sama bapak - bapak dan emak yang juga ikutan di pendakian ini.

The Team 

Pertama – tama kita harus jalan dulu sekitar 15 - 20 menit untuk sampai di tempat pendakian. Jalur sih kayak di hutan – hutan. Tracking adalah proses yang paling aku suka pake banget setiap jalan – jalan di alam. Gak tau juga sih kenapa, tapi seneng aja jalan santai sambil liat – liat pemandangan alam, hirup udara yang seger, walaupun capek tapi tetep seneng. Yah sebenernya mau jalan – jalan kemana aja asalkan itu outdoor suka – suka aja sih. Sebelum naik kita di briefing dulu tentang tata cara nanjak jalur ferrata, yaitu kita harus mengaitkan dua carabiner kita ke tali yang sudah dipasang di pinggir tangga besi. Kenapa dua? supaya pengamanannya double, berjaga jaga bila yang satu terlepas dan lain sebagainya. Tenang pendakian ini dijamin sangat aman kok. Mari kita mulai !





Selama pendakian ini kami ditemani oleh dua orang guide yang akan menemani, menjaga sekaligus menjadi fotografer selama kita nanjak di jalur ferrata. Jadi kalau mau hasil fotonya bagus tinggal titip kamera ke bapak/masnya trus tinggal kasih kode “Pak foto dong pak”. Mereka ini tergolong hebat loh naiknya naik biasa aja bahkan gak sangkutin carabiner. Mereka juga udah tau spot – spot foto yang bagus sehingga beberapa kali kami diminta untuk foto sendiri – sendiri di beberapa tempat. Pokoknya bapak – bapaknya top deh ngerti foto – foto bagus buat di upload di social media haha! Aku sempet nanya juga siapa yang buat jalur ini dan gimana caranya dan kata bapaknya dia juga ikut dalam pembuatan jalur yaitu penanaman besi ke tebingnya. Entah gimana susah dan seberapa besar perjuangannya membuat jalur ini, untungnya aku tinggal nikmatin aja naiknya. hehehe. Selain itu bapaknya juga cerita, pernah ada ketika lagi mendaki orangnya pingsan trus jadinya dia gendong buat turun. Masih gak bisa bayangin gimana caranya bapak itu gendong orang sambil turun. Aku aja yang bawa badan sendiri pas turun masih agak susah gimana dia yang gendong orang. Hebat bener si Bapak!

Let's Get Started!





Jalur pendakiannya beragam, ada jalur ke atas dan ada jalur merayap ke samping. Kalau jalurnya naik ke atas sih tidak terlalu susah karena tinggal kayak anak tangga, kalau yang ke samping itu yang rada takut – takut. Jika ingin melakukan pendakian jalur ini harus pada saat musim kemarau, karena kalau musim hujan rawan terhadap petir. Alhamdulillah dari kita naik hingga turun cuacanya panas, yah walaupun pas di atas bener – bener lagi siang yang lagi terik – teriknya lebih baik dari pada hujan. Saran saja apabila ingin mendaki sebaiknya pagi hari agar matahari belum terlalu terik. Pendakian setinggi 300 m ini memakan waktu sekitar 3 – 4 jam sudah termasuk waktu untuk berfoto – foto. Ketika ingin turun, aku melihat masih ada jalur untuk naik ke atas lagi dan ternyata itu jalur untuk pendakian 900 m. Semoga nantinya pas balik jalan – jalan kesini lagi bisa nyobain nanjak sampai 900 m.


We are on The Top, 300m


View Sebrangnya 

Setelah berfoto – foto kami kembali turun dengan jalur yang berbeda. Jalur turun menurut saya selalu lebih susah dibandingkan jalur naik karena ya turunnya merayap menuruni anak tangga.  Sesampai di bawah sekitar jam 13.30 WIB dengan kondisi penuh keringat dan sudah kelaparan. Aku langsung memesan es kelapa, cuci tangan, minum es buah, dan langsung lanjut makan siang. Kalau ditanya capek sih sebenernya enggak capek, cuma karena panas aja jadinya keringetan banget dan haus. Setelah itu kami pun mandi di saung dan kembali ke Jakarta. Ketika kami selesai bersih – bersih hujan turun lumayan deras sehingga kami menunggu hingga hujan reda. Kami tidak menggunakan kereta untuk pulang ke Jakarta, melainkan naik bus hingga kampung melayu. Kami sampai di Jakarta sekitar jam 21.00 WIB.


Selesai sudah perjalanan mendaki gunung parang jalur ferrata ini. Wajib banget sih dicoba dijamin seruuu!! Jangan takut, karena pendakian ini aman banget kok dan kalian bisa dapet foto – foto yang keren banget! Spot paling aku suka yaitu pada saat pas di ketinggian 300 meter, kita foto rame – rame nyender di tebing sambil liat pemandangan yang sungguh mempesona walaupun ada terik matahari gak apa – apa. Selagi muda, selagi rasa penasaran dan semangat masih tinggi YUK COBAIN !


-enjoy-
"Jangan menua tanpa cerita"

You Might Also Like

0 Comments